Jenis-jenis permainan tradisional dijawa tengah sangat banyak.
Berikut saya lampirkan beberapa permainan anak-anak jawa tengah.
Salah satu jenis permainan tradisional Jawa apa yang dikenal sebagai egrang. Permainan ini mengandaikan pemakai/relasinya lebih tinggi posisinya. Diluar ukuran tinggi manusia. Bahan yang dipakai sebagai egrang adalah bambu, yang dibuat meyerupai tangga, tetapi tangganya hanya satu. Kapan orang memakai egrang kakinya dinaikan di atas satu tangga, atau pustep kalau meminjam istilah sepeda motor, untuk kemudian berjalan. Jadi, pemakai egrang naik diatas bambu yang dibuat sebagai jenis mainan dan kemudian berjalan kaki.
Karena itu, orang yang memakai egrang perlu melewati proses belajar dulu, karena membutuhkan keseimbangan. Kapan keseimbangan tidak terpenuhi orang bisa jatuh dari egrang. Siapapun bisa menggunakan egrang, tidak harus anak-anak, orang dewasapun bisa menggunakannya.
Egrang bentuknya bisa pendek, tetapi bisa pula tinggi. Yang pasti, kapan orang bermain egrang, posisi tubuhnya menjadi jauh lebih tinggi dari tubuh yang sebenarnya. Persis seperti orang berdiri di tangga, atau naik di atas meja.
Pertama, dibutuhkan pemain lebih dari dua orang (minimal dua orang), tanah lapang, dan pecahan genteng yang disebut dengan wingko—masing-masing pemain mempunyai satu wingko. Selanjutnya, membuat lingkaran di tanah sebagai pusat permainan. Permainan dimulai dengan cara nuju (masing-masing pemain melemparkan wingko ke arah lingkaran dengan jarak tertentu), untuk menentukan siapa yang akan menjadi penjaga. Pemain yang wingko-nya jatuh dengan jarak paling jauh dari lingkaran, dialah yang menjadi penjaga.
Kedua, saat sudah diperoleh siapa yang menjadi penjaga, sontak pemain lainnya langsung berlari mencari tempat persembunyian sembari penjaga menata wingko secara vertikal (ditumpuk) tepat di tengah lingkaran. Setelah selesai merapikan wingko yang berserakan, panjaga kemudian mencari pemain lainnya yang telah bersembunyi. Aturannya, bagi penjaga, ketika menemukan pemain yang bersembunyi, dia diwajibkan memekikan kata “Tekong” dan diikuti nama pemain yang ditemukan. Tidak selesai sampai di situ, penjaga harus menuju lingkaran tempat wingko ditumpuk dan disertai teriakan “Gong”, tanda telah menyentuh lingkaran.
Dan proses menuju lingkaran inilah yang menarik, penjaga harus berjibaku, saling sikut, dalam suatu perlombaan lari menuju lingkaran dengan pemain yang di”tekong”. Sebab, apabila penjaga belum menyentuh lingkaran pemain mempunyai kesempatan untuk meruntuhkan kembali tatanan wingko. Itu artinya penjaga harus menata ulang wingko, dan pemain yang di”tekong”mempunyai kesempatan untuk bersembunyi lagi. Dan pemain lainnya pun boleh meruntuhkan tatanan wingko untuk membebaskan pemain yang tertangkap sekaligus melanggengkan pekerjaan si penjaga. Untuk itu, penjaga harus mengamankan tatanan wingko supaya tidak “dihancurkan” pemain lainnya.
Dalam suatu permainan, sudah lazim seorang pemain menjadi penjaga “abadi”. Hal ini disebabkan penjaga tidak dapat menemukan semua pemain. Untuk itulah, dibutuhkan kemampuan fisik yang fit, ulet dan lari yang cepat. Dan tidak jarang permainan digelar berkali-kali, dan berhari-hari dengan penjaga yang sama. permainan akan selesai ketika penjaga telah menemukan semua pemain atawa si penjaga ngambek.
Berikut saya lampirkan beberapa permainan anak-anak jawa tengah.
EGRANG
Karena itu, orang yang memakai egrang perlu melewati proses belajar dulu, karena membutuhkan keseimbangan. Kapan keseimbangan tidak terpenuhi orang bisa jatuh dari egrang. Siapapun bisa menggunakan egrang, tidak harus anak-anak, orang dewasapun bisa menggunakannya.
Egrang bentuknya bisa pendek, tetapi bisa pula tinggi. Yang pasti, kapan orang bermain egrang, posisi tubuhnya menjadi jauh lebih tinggi dari tubuh yang sebenarnya. Persis seperti orang berdiri di tangga, atau naik di atas meja.
BENTENGAN
Bentengan, adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing – masing terdiri dari 4sampai dengan 8 orang. Masing – masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai ‘benteng’.
1. Permainan
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata
benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan menawan’ seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk enentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh ‘benteng’ mereka masing – masing.
2. Tawanan
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi penawan’ dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar enteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila rekannya dapat menyentuh dirinya.
3. Taktik
Dalam permainan ini, biasanya masing – masing anggota mempunyai tugas seperti ‘penyerang’, ‘mata – mata, ‘pengganggu’, dan menjaga ‘benteng’. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
1. Permainan
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata
benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan menawan’ seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk enentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh ‘benteng’ mereka masing – masing.
2. Tawanan
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi penawan’ dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar enteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila rekannya dapat menyentuh dirinya.
3. Taktik
Dalam permainan ini, biasanya masing – masing anggota mempunyai tugas seperti ‘penyerang’, ‘mata – mata, ‘pengganggu’, dan menjaga ‘benteng’. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
TEKONGAN
“Te”, dibaca layaknya pengucapan “tempe”. Permainan murah meriah—bahkan bisa dikatakan tak perlu mengeluarkan budget khusus—sekaligus membutuhkan keuletan dari para pemainnya. Selain itu, permainan ini pun melatih daya fisik para pemainnya. Sebab, sepanjang permainan permain harus berlari dan berkelit dengan cepat. Pemain yang mempunyai kemampuan berlari yang “Siip” sangat diperhitungkan. Permainan ini sudah terwariskan turun temurun di desa saya di Meger, Ceper, Klaten, Jawa Tengah, entah sejak kapan. Sistem permaian ini, tidak berbeda jauh dengan aturan permaian petak umpet yang sangat fenomenal di Indonesia. Hanya saja media permainannya yang lain.
Pertama, dibutuhkan pemain lebih dari dua orang (minimal dua orang), tanah lapang, dan pecahan genteng yang disebut dengan wingko—masing-masing pemain mempunyai satu wingko. Selanjutnya, membuat lingkaran di tanah sebagai pusat permainan. Permainan dimulai dengan cara nuju (masing-masing pemain melemparkan wingko ke arah lingkaran dengan jarak tertentu), untuk menentukan siapa yang akan menjadi penjaga. Pemain yang wingko-nya jatuh dengan jarak paling jauh dari lingkaran, dialah yang menjadi penjaga.
Kedua, saat sudah diperoleh siapa yang menjadi penjaga, sontak pemain lainnya langsung berlari mencari tempat persembunyian sembari penjaga menata wingko secara vertikal (ditumpuk) tepat di tengah lingkaran. Setelah selesai merapikan wingko yang berserakan, panjaga kemudian mencari pemain lainnya yang telah bersembunyi. Aturannya, bagi penjaga, ketika menemukan pemain yang bersembunyi, dia diwajibkan memekikan kata “Tekong” dan diikuti nama pemain yang ditemukan. Tidak selesai sampai di situ, penjaga harus menuju lingkaran tempat wingko ditumpuk dan disertai teriakan “Gong”, tanda telah menyentuh lingkaran.
Dan proses menuju lingkaran inilah yang menarik, penjaga harus berjibaku, saling sikut, dalam suatu perlombaan lari menuju lingkaran dengan pemain yang di”tekong”. Sebab, apabila penjaga belum menyentuh lingkaran pemain mempunyai kesempatan untuk meruntuhkan kembali tatanan wingko. Itu artinya penjaga harus menata ulang wingko, dan pemain yang di”tekong”mempunyai kesempatan untuk bersembunyi lagi. Dan pemain lainnya pun boleh meruntuhkan tatanan wingko untuk membebaskan pemain yang tertangkap sekaligus melanggengkan pekerjaan si penjaga. Untuk itu, penjaga harus mengamankan tatanan wingko supaya tidak “dihancurkan” pemain lainnya.
Dalam suatu permainan, sudah lazim seorang pemain menjadi penjaga “abadi”. Hal ini disebabkan penjaga tidak dapat menemukan semua pemain. Untuk itulah, dibutuhkan kemampuan fisik yang fit, ulet dan lari yang cepat. Dan tidak jarang permainan digelar berkali-kali, dan berhari-hari dengan penjaga yang sama. permainan akan selesai ketika penjaga telah menemukan semua pemain atawa si penjaga ngambek.
selamat siang, apa artikel diatas ada referensi resminya?
BalasHapusterima kasih
taufik
085642546406
permainan tradisional Jawa Tengah ini bikin gw inget zaman masa kecil dulu. tapi sayang sekarang udah jarang dimaenkan.
BalasHapus